Cerita

Minggu, Juli 23, 2017

/1/
Hari itu aku sedang lelah dengan segala kesibukan yang ada. Hari itu rasa-rasanya aku ingin pulang lebih awal dan merasakan senja sendirian. Hari itu rasa-rasanya aku ingin segera menyudahi hal-hal yang membebani. Namun nyatanya di hari itu pula aku seperti tidak ingin berpijak dari tempatku berdiri. Dan kenyataan bahwa di hari itu pula paru-paruku terasa ingin meletup karena penuh dengan rasa kebahagiaan. Kebahagiaan yang telah lama hilang, hilang, hilang, dan tertimbun sungguh teramat dalam bahkan hampir tak terlihat.  Hingga pada akhirnya perasaan itu muncul kembali ke permukaan dan memberiku semesta baru.

/2/
Senja kala itu tampak seperti langit yang berbeda, aku tersenyum seharian dengan perasaan yang tidak bisa didefinisikan sekalipun. Malam yang dingin terasa begitu hangat dan menyenangkan. Mudahnya begini, aku tidur larut diselimuti mimpi buruk namun saat terbangun tiba-tiba aku sedang berada dalam semesta yang baru dengan langit dan laut yang kusukai. Hingga akhirnya aku benar-benar menikmati gemuruh ombak dan kicauan burung-burung disana. Segala sesuatu menjadi be-gi-tu menyenangkan bahkan membuat dentingan waktu tak lagi terasa ada.

/3/
Mungkin semesta membawaku kesana agar aku merasakan bahagia, pikirku. Sebab memang bahagia. Seperti jari-jari yang dapat menyentuh rembulan, yang katanya jauh sekali jaraknya, namun nyatanya dapat kau sentuh dan kau dekap dengan erat.
Kebahagiaan yang sederhana. 
Namun tetap saja.
Sebahagia itu.


Di suatu malam yang mencekik perihal mengingat kamu.
Malang, 2017


You Might Also Like

0 komentar