Memaku di Putaran Lingkarmu

Sabtu, Juni 13, 2015

Tentang dongeng sebelum tidur. Aku pernah mendengar bulan dan matahari tak bisa bersatu begitupun tak bisa bersama padahal sama-sama cinta, padahal dilahirkan pada waktu yang sama, dan beberapa padahal-padahal lain.

Tentang dongeng sebelum tidur. Aku pernah mendengar hujan dan pelangi tak bisa besatu namun mereka tetap bertahan. Karena tau pelangi akan datang ketika hujan turun. Sebut saja sebuah ketulusan.

Tentang dongeng sebelum tidur. Pada mulanya aku begitu tertarik dengan cerita nabi yang terlampau sering diceritakan oleh siapa saja. Adam-Hawa, harus bersatu lagi setelah ratusan tahun mengitari bumi.

Tentang dongeng sebelum tidur. Dahulu (bahkan) sampai sekarang dongeng putri dan pangeran selalu menjadi malam yang ditunggu-tunggu meski mereka baru bisa bersatu setelah melampaui sihir malapetaka. Sebut saja sebuah perjuangan.

Pada suatu pagi dibekali selapis roti dan segelas susu aku menghadang masalalu dan menghadap hari baru di suatu jalanan ramai yang belum pernah termemoir. Tiba di pertengahan masa, kamu datang lagi, lalu menarikku pada lingkarmu dan masuk dalam semestamu. Memperkenalkan segala jenis ikan juga ikan buas penjagamu yang sedari dulu tidak pernah termakan hiu. Tak tau harus menjadi apa karena aku bukan ikan pun tak sudi menjadi ikan yang haus akan air. Bahkan sampai menahun ia terus bermukim di lingkar air tempat tinggalku dan berusaha mengambil kedudukannya kembali. Tidakkah ini begitu menyedihkan? Tetap mendongakkan kepala meski bukan siapa-siapa. Meneriaki dirinya sendiri tentang menjadi tabah meski tak kenal arah.

Ada alasannya. Ikan memang membutuhkan air namun air tak selalu membutuhkan ikan. Terkadang ia ingin terhindar dari sisik-sisik menjijikkan itu. Juga ambisi dan kebuasan segala jenis ikan. Walau begitu, sedikit terlintas di kepala bahwa aku dan air sebenarnya tidak ada sinkronisasi khusus. Jadi kuanggap berbagai adegan ini hanya terhanyut ombakmu, terhanyut untuk sementara. Ku harap jangan tenggelam karena aku hanya sedang menikmati dinginnya air. Air di putaran lingkarmu.

Sampai pada suatu pagi aku terbangun dengan kantung mata, 
dengan kantung kenangan tentangmu, tentang kita.
Malang, 2015

You Might Also Like

0 komentar