Siang yang Panjang

Kamis, Juni 02, 2016

Gadis di sana terus melangkah di tiap satuan celah. Membolak-balikkan badan dan menjadikan langit berputar seolah akan menari di sepanjang siang bolong. Terik panasnya mahadahsyat, ia kira kulitnya akan terbakar bila terus mengikuti putaran semesta, ternyata tidak.


Justru panas yang maha dahsyat itu mengantarkannya pada kehangatan, hangat, tidak panas pun tidak dingin. Hanya hangat, seperti takdir. "Hangat yang tampaknya kekal, bukankah itu yang semua orang cari?" Ia terus melangkah entah sampai jam berapa namun jalanan tiba-tiba melenggang. Dilewatinya batu-batu, tumpukan buah busuk, dan ranting yang kian mengering.

 

Ia menyeruak kemudian memperjelas asanya yang terlihat muram,

padahal ia sungguh teramat "terang" kala itu.

Paradoks.



Catatan di Malang 2016 pada siang yang terik.


You Might Also Like

0 komentar