Ruang-ruang Bahagia

Sabtu, Desember 29, 2018



Pukul dua dini hari.
Malam yang sunyi atau pagi yang redam. Ternyata ada yang kalut dan diam tidak melakukan apa-apa, lebih tepatnya tidak bisa melakukan apa-apa. Tidak ada yang bisa diajak bicara. Hanya ditemani angin dan menemukan kata-kata di kepala kemudian memutuskan untuk menulis beberapa bait tentang apa saja yang dirasa.

Berbicara tentang apa saja, apa saja yang dirasa pada pukul dua dini hari  bermodalkan angin dan alunan musik sendu. Saya merasa, beberapa orang cenderung sulit memprediksi emosi dan perasaannya sendiri. Sulit untuk memahami apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh jiwa-jiwanya dan bukan tentang keinginan apa yang belum tercapai. Kadang, beberapa menyangkal dan merasa bahwa idealisme yang ada di kepala harus dinomor satukan hingga lupa bahwa hati dan jiwanya juga membutuhkan ruang. Ruang untuk tumbuh. Terkadang saya berpikir bahwa hal-hal seperti ini memang dialami oleh semua kalangan atau memang hanya khalayak pemuda yang merasa krisis identitas atau bahkan krisis kepercayaan untuk bertahan hidup. 

Tentang kebahagiaan. Klise memang jika berbicara tentang kebahagiaan itu pilihan. Saya rasa semua orang berhak untuk bahagia terlepas ia memilih untuk bahagia atau tidak. Karena definisi bahagia yang dirasa orang pun berbeda-beda. Bisa saja seseorang menangis, tapi tidak ada yang tahu bahwa tangisannya adalah kebahagiaan. Bisa saja seseorang tertawa terbahak-bahak padahal tidak ada pula yang tahu bahwa tawanya adalah kesakitan. Sama halnya dengan bagaimana seseorang hidup mengikuti apa yang dirasa hati dan jiwanya karena memang tidak ada yang bisa merasakan kedua hal tersebut jika bukan dirinya sendiri, jika bukan ruangnya sendiri. Tentang kebahagiaan yang saya ungkap bukanlah hal-hal tentang pencapaian dan kesenangan, namun tentang proses yang dilalui. Tentang cerita yang dirajut, tentang jatuh dan kembali tegak, tentang tangis menjadi tawa, tentang kebimbangan dan kepastian, tentang perjalanan dan perasaan, tentang bahu-membahu, tentang keikhlasan yang dilakukan, dan hingga akhirnya merujuk hanya pada satu kata.

Bahagia.

Malang, 2018 

You Might Also Like

0 komentar