Selamat sore, November. Rasa-rasanya sudah lama tak berada dalam atmosfermu. Menahun dalam bulan orang lain begitu membosankan. Apa alasannya tak jelas, aku hanya ingin bertemu denganmu secepat mungkin, sebisa mungkin, aku rindu.
Senja kali ini membuatku berbaring sambil sesekali menengok langit dari kejauhan. Entah apa yang kupikirkan semuanya serba abu-abu. Entah apa yang harus kulakukan semuanya serba berliku. Karena yang kutahu, aku hanya rindu.
Kepada langit
Bolehkah kutumpakahkan segala air yang membanjiri rumahku?
Bolehkah kubakar segala kayu yang bermukim di halamanku?
Bolehkah kukembalikan segala sesuatu seperti sedia kala?
Kepada langit
Tak ada satupun manusia yang dapat kuikat untuk menampung kisahku
Menampung segala cerita dan lipatan-lipatan luka
Yang ada hanyalah aku dengan ketidakpercayaanku
Hanya saja sesekali saat hidup mulai melelahkan
Aku menatapmu, berharap kau membawaku keluar angkasa
Menampung segala cerita dan lipatan-lipatan luka
Yang ada hanyalah aku dengan ketidakpercayaanku
Hanya saja sesekali saat hidup mulai melelahkan
Aku menatapmu, berharap kau membawaku keluar angkasa
Terbang dan hidup disana
Kepada langit
Biarkan aku memperbaiki yang ada
Membuat jalan yang baru,
Peraturan yang baru, dan
Semesta yang baru,
Dengan kisah yang baru,
Curhatan senja di Malang, 2016